Satu Hari Setelah Hari Itu

19 November 2014
Hari ini aku tidak pergi kuliah karena peristiwa yang terjadi tadi malam. Aku tak pernah membayangkan sebelumnya bahwa aku akan mengalami kejadian seperti itu. Kecelakaan. Siapa yang menginginkan kejadian tak mengenakkan seperti itu? Aku rasa tak pernah ada yang menginginkannya.

Ya. Akibat peristiwa semalam, hari ini aku harus melewatkan dua praktikum dan 6 sks di kampus. Sungguh-sungguh hal yang sangat merugikan. Pagi hari setelah peristiwa itu, aku terbangun dengan tubuh yang hampir seluruhnya sakit. Mata kananku sulit untuk terbuka karena terhalang bengkak ditulang pipi kanan dan perban yang dokter jaga pakaikan tadi malam. Ahh rasanya sangat tak mengenakkan.

Setelah bangun, aku bergegas ke kamar mandi karena kebelet pipis, tak lupa aku menggosok gigi dan mencuci sebagian mukaku yang tak terluka. Ya. Akibat kejadian tadi malam, aku harus mencuci mukaku yang sebelah kiri saja, karena muka bagian kananku banyak yang luka. Keluar dari kamar mandi, bibiku melihatku dan berkata mengapa kantung mataku lebam sekali. Aku yang sebelumnya belum bercermin langsung berhambur ke cermin terdekat untuk melihat wajahku. Dan benar saja apa yang bibiku katakana, kantung di mata kananku sangat-sangat lebam, warnanya ungu sekali.

Setelah bercermin, aku berusaha menguatkan diriku, aku bilang pada bibi ini biasa saja karena lebam ini timbul akibat tulang pipi kananku terbentur. Namun faktanya, di kamar aku selalu menangis tiap kali aku melihat wajahku di cermin. Aku tahu bahwa sebelumnya aku memang tidak cantik, namun setelah kejadian tadi malam aku merasa aku menjadi sesosok monster yang sangat menyeramkan dengan lebam di kantung mata, bengkak di tulang pipi dan lecet dibagian dagu.

Keesokan harinya, kantung mataku tetap lebam, dan tulang pipiku tetap bengkak. Aku kembali tidak kuliah, namun aku bersyukur karena hari itu tidak ada praktikum. Aku kembali bercermin dan tetap menemukan sosok wanita berwajah seram dalam cermin itu. Ya. Itu aku. Aku selalu berusaha kuat melihat wajahku dalam cermin, namun faktanya tetap saja aku menangisinya. Aku menyesal karena kejadian itu. Aku menyesal karena saat itu aku tidak dalam keadaan sadar. Aku juga menyesal mengapa aku ceroboh saat aku berkendaraan.

Hari Jumat, aku mencoba untuk masuk kuliah. Aku pergi kuliah menggunakan masker. Di kampus teman-temanku menanyakan kronologi kejadian di malam itu. Aku yang seharian itu menggunakan masker menceritakan kejadian itu. Beberapa temanku ingin melihat mukaku, namun aku tak berani membuka maskerku karena aku takut mereka ‘ngeri’ melihat wajahku.


Hari kedelapan setelah kejadian itu, aku mencoba pergi ke kampus tanpa menggunakan masker. Tapi aku menggunakan kacamataku untuk menyamarkan lebam di kantung mataku yang masih belum menghilang. Bengkak di tulang pipiku juga masih belum hilang, namun sudah lumayan mengecil. Aku yang saat itu datang ke kelas langsung di tepuk tangani oleh teman-temanku karena melihat aku sudah tidak bermasker lagi. dan saat ini, aku bersyukur karena berkat kejadian itu aku banyak mengambil hikmah dan pelajaran. Salah satunya adalah tetap bersyukur pada Allah. ya. Walaupun sampai saat ini mukaku masih terlihat bekas luka, namun Alhamdulillah tidak separah dulu. Terima kasih buat Ibu yang sudah membelikanku obat yang sangat mujarab. Terima kasih untuk orangtuaku yang selalu menyupportku dari jauh –I LOVE YOU--. Terima kasih kepada bibi dan pamanku yang merawatku setelah kejadian itu. Dan terima kasih buat teman-teman yang selalu mendoakanku. I LOVE YOU ALL :*

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Berakhiran "I"

Dzawin SUCI4

MoveOn