Peristiwa Di Malam Rabu #chapter2
Aku tersadarkan oleh bapak yang membantuku bangun dari posisi terjatuhku. Bapak tersebut bertanya "Kenapa Neng?" kepadaku, aku yang benar-benar baru sadar tak mengerti apa yg terjadi, yang kutau tulang pipi kanan dan ujung bibir kananku sakit. Didalam upayaku untuk mengingat apa yang terjadi barusan, seorang ibu yang hamil membuatku 'stress' dengan rentetan pernyataannya yang memintaku bertanggung jawab karena tak sengaja menyenggolnya ketika aku terjatuh tadi. Aku yang belum sepenuhnya sadar (masih seperti mimpi) dengan spontan meminta maaf kepada ibu tersebut, dan melontarkan sejumlah alasan yang kurasa masuk akal untuk menjadi alasanku yang tak sengaja kusenggol.
Namun ternyata usahaku sia-sia. Ibu itu terus-menerus mendesakku untuk mengantarnya melakukan check-up pada janinnya. Aku kebingungan. Ibu tersebut seolah-olah menyudutkanku. Bapak-bapak yang membantuku banyak yang meminta ibu tersebut tak membrendelku dengan banyak pernyataan karena mereka melihat kondisiku yang (agak) parah. Merekapun menyaraniku untuk menelpon keluargaku. Aku bersyukur karena masih ada sisa pulsa yang bisa kugunakan untuk menelpon bibiku yang ada di rumah.
Akupun menelpon bibiku dan memberitahunya tentang apa yang baru saja kualami. Ketika aku menelpon, aku tak kuasa membendung air mataku. Tak lama setelah itu, bibiku datang dan menanyaiku tentang kejadian itu. Lalu dengan segera bibiku mengantarkan ibu itu ke dokter lalu aku diantar pamanku ke dokter jaga untuk mengobati lukaku. Setelah itu, ak diantar pulang oleh pamanku yang satu lagi dengan menaiki motorku. Sepanjang perjalanan pulang, pamanku menasihatiku panjang lebar.
Sesampainya aku di rumah, mamahku menelpon. Dia menanyakan keadaanku. Aku heran darimana mamahku tau kalau aku habis kecelakaan, seingatku aku tak memberi tahu bapak maupun mamahku, karena aku takut mereka mengkhawatirkanku secara berlebihan. Dan ternyata pamanku yang mengabari kedua orangtuaku. Akupun sebisa mungkin menenangkan mamahku dan memberitahunya bahwa aku baik-baik saja, dan memintanya untuk tak menyusulku ke Bandung.
Tak lama setelah itu, bibiku pulang dan aku bertanya keadaan ibu hamil tersebut. Bibi aku berkata tenang saja, ibu itu baik-baik aja, janinnyapun tak bermasalah. "Alhamdulillah", hanya itu yang bisa kuucap setelah mendengar kenyataan itu. Memang sih seharusnya aku tak khawatir berlebih karena ibu itu hanya kesenggol, bukan tertabrak. Dan ibu itu juga tidak sampai jatuh ketika aku menyenggolnya, ibu itu hanya memegangi sikut kanannya setelah aku yang tak sengaja menyenggolnya. Intinya aku bersyukur bayi yang dikandung ibu itu tidak kenapa-napa.
Pelajaran yang sangat berharga. Jalanan ternyata benar-benar 'keras', lengah sedetik saja, BYE! Dan ini benar-benar menjadi sebuah pelajaran yang sangat berharga dimana aku atau kita harus benar-benar berhati-hati dan jangan sampai melamun ataupun lengah. Dan berkat kejadian ini pula, aku rugi banyak, rugi waktu karena tak bisa kuliah, rugi materi karena harus ke dokter (ibu itu dan aku) dan rugi fisik (wajah jadi gak mulus lagi). Tapi aku jadi ada waktu untuk istirahat dan lebih dekaat dengan keluargaku. Terima kasih yaAllah. Teguran yang sangat berharga.
Komentar
Posting Komentar