Gak Tau Judulnya Apa
Hari
ini hari ulang tahunku, ini adalah hari dimana jatah usiaku di dunia semakin
berkurang. Aku sangat bersyukur karena Allah masih memberiku kesempatan untuk
dapat menikmati kehidupan di dunia ini. Hari ini usiaku genap kepala dua.
Ternyata aku sudah tua. Tapi nyatanya kelakuanku masih saja kekanak-kanakan.
Aku memang tak mengharapkan ucapan ataupun kado dari mereka yang menyayangiku.
Aku hanya berharap mereka selalu mengingatku dan mendoakan yang terbaik
untukku.
Berkata
seperti itu memang mudah, namun hati kecilku yang masih kekanak-kanakan ini
masih saja mengharapkan sedikit kepedulian dan perhatian dari teman-teman
dekatku, terutama dia yang sekarang ini dengan gagah betengger di dalam hatiku.
Mungkin dia memang tak pernah peduli dengan tanggal istimewaku, namun entah
mengapa aku tetap saja berharap dia tiba-tiba memberiku ucapan “Selamat Ulang
Tahun” dan secuil doa tulus yang dia beri untukku.
Dari
sekian banyak teman dekatku yang memberiku ucapan selamat ulang tahun, tak ada
satupun namanya muncul. Ini memang salahku, aku tau. Aku sampai saat ini masih
saja berharap dia selalu ada untukku. Aku tak menginginkan sesuatu yang lebih
kok, aku hanya ingin dia ada. Hanya itu. Namun aku cukup tau diri. Dia memang
sosok yang dingin, cuek dan tidak peduli (kepadaku).
Aku
tau masih ada orang yang menyayangiku dengan tulus. Dan aku yakin, itu bukan
dia. Bodohnya, aku masih saja seperti ini, sulit untuk melepaskan sosoknya dari
kepala dan terutama hatiku. Ku rasa aku sudah berusaha sekuat tenaga agar tidak
memikirkannya, tapi aku tetap saja mengingatnya.
“Kembali ke pertanyaan awal. Jika ia yang kamu cintalebih bahagia
tanpa adanya dirimu, apakah kamu mau meninggalkannya? Susah memang. Namun bukan
berarti tak bisa. Toh, esensi meninggalkan dan ditinggalkan adalah “berbahagia
tanpa” bukan “bersedih dengan”.
Saya belajar banyak, banyak sekali. Menerima walau tak diterima,
merelakan pergi ia yang mengingkan saya pergi, ikut berbahagia saat ia yang
saya cintai berbahagia tanpa saya. Dan saya akan menjawab pertanyaan tersebut
dengan “Iya saya akan pergi. Berbahagialah kamu tanpa saya.””
Dan
sepertinya itulah yang harus aku lakukan sekarang ini. Mencari kebahagiaan
lain, dan itu bukan kebahagiaan yang berasal dari dia yang tak pernah peduli
padaku. Yaa aku harusnya sedari dulu tersadar dengan keadaan yang ini. Terima
kasih untuk segalanya. Maaf. Selamat tinggal.
Dan
tak lupa aku ingin mengucapkan terima kasih untuk mereka yang sampai saat ini
tak pernah berhenti menyayangi, peduli, dan mengingatku. Juga untuk kalian yang
mungkin membenciku (baik itu dari sikapku, sifatku maupun tingkah lakuku)
terima kasih, tegur saja aku dan beritahukan kesalahan dan apa yang kalian tak
suka dari diriku agar aku dapat merubahnya perlahan. Semoga Allah melindungi
kalian semua ({}) :* aku menyayangi kalian J
Komentar
Posting Komentar