Kepala Dua

“Ya Allah berkahilah sisa umur hamba di dunia ini, berilah hamba kebahagiaan dan kemampuan untuk membahagiakan mereka yang menyayangi hamba terutama kedua orangtuaku”
Pagi ini aku terbangun dari tidur yang kurasakan hanya beberapa menit, padahal sudah 7 jam aku tertidur. Seperti biasa, aku terbangun oleh suara ayam berkokok yang sengaja ku atur di alarm handphone-ku untuk membangunkanku. Aku tau jam berapa aku memasang alarm di handphoneku, sehingga aku dengan cepat mematikan alarm itu dan tertidur kembali beberapa menit.
Setelah aku benar-benar terbangun dari tidurku, aku mengecek handphoneku dan terdapat 5 pesan yang belum terbuka dan 2 panggilan yang tak terjawab. Khawatir ada sesuatu yang sangat darurat dan penting, aku segera membuka 2 panggilan tak terjawab di handphone ku itu, dan ternyata 2 panggilan itu dari kedua orangtuaku. “Ada apa ya?” pikirku.
Setelah melihat 2 panggilan tak terjawab itu, aku membuka 5 pesan yang belum terbaca, 2 diantaranya adalah pesan dari kedua orangtuaku. Akupun segera membaca pesan tersebut satu persatu. Dan ternyata kelima isi pesan itu kurang lebih sama, yaitu ucapan selamat ulang tahun yang disertai dengan doa-doa dan harapan-harapan untukku agar aku lebih baik lagi dari sebelumnya.
Aku lupa jika hari ini adalah hari ulang tahunku. Aku sudah cukup dewasa, sehingga aku tak berharap banyak dari mereka yang ku kenal memberi ucapan selamat ketika aku berulang tahun. Namun aku sangat terharu dengan doa-doa dan harapan-harapan yang mereka sampaikan melalui pesan singkat itu.
Aku sedih ketika aku sadari di usiaku yang bertambah ini, aku belum bisa menjadi apa yang di harapkan oleh mereka yang menyayangiku, terutama kedua orangtuaku. Sedihku bertambah ketika aku tau jika ini adalah kali ketujuh di hari ulang tahunku aku tak berkumpul dengan keluargaku.
Aku sadar, dengan bertambahnya usiaku ini, sebenarnya aku semakin mendekat ke kehidupan yang sebenarnya (akhirat). Maka dari itu, aku ingin merubah segala sikap kekanak-kanakanku.
Aku sadar, di usiaku yang berkepala dua ini aku belum mampu membahagiakan kedua orangtuaku. Aku yang sampai saat ini selalu saja mengandalkan kedua orangtua untuk kehidupanku sehari-hari.
Terkadang aku takut, aku tak mampu menjadi apa yang mereka inginkan karena aku tahu kemampuanku tak sehebat teman-temanku yang lain, namun aku akan selalu berusaha semaksimal mungkin untuk membuat kedua orang tua dan semua orang yang menyayangiku bangga padaku.
Suatu hari nanti, aku ingin membuat mereka menangis karna keberhasilanku dalam perkuliahan juga dalam kehidupanku. Suatu hari nanti, aku ingin mengajak mereka pergi ke Baitullah bersama-sama. Yaa.. itulah cita-citaku, mampu membawa kedua orangtuaku pergi haji.

Semoga saja Allah mendengarkan doaku ini. Aaaamiiiin J

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Berakhiran "I"

Dzawin SUCI4

MoveOn