Dua Tahun
7 Februari 2015
Hari ini genap dua tahun aku bekerja di Pernik Bandung. Dua
tahun. Tak terasa sudah selama itu aku bekerja di tempat yang sangat
menyenangkan. Dua tahun. Tak terasa aku bisa membagi waktuku antara kuliah dan
bekerja di tempat ini. Dua tahun. Dua tahun. Dua tahun. Dua tahun.
Dimulai ketika aku memutuskan untuk menunda studiku dua
tahun yang lalu. Saat itu aku benar-benar yakin jika ditahun mendatang aku bisa
kuliah di universitas negeri yang ada di Bandung. Saking yakinnya, aku berani menyatakan
kepada orangtuaku bahwa aku tidak akan kuliah ditahun itu dan berjanji akan
semaksimal mungkin masuk di universitas negeri yang aku inginkan. Tapi
kenyataannya, setelah keputusan itu, aku hanya mampu berdiam diri dirumah, tak
ada kegiatan, tak ada pekerjaan yang menghasilkan.
Keran rezekiku mulai terbuka saat aku kembali berteman
dengan teman lamaku di twitter. Cenia. Dia membuka keran rezekiku dengan
memberitahuku bahwa bapaknya sedang membutuhkan pegawai. Dengan banyak
pertimbangan, aku diizinkan mamah untuk kembali ke kota kembang ini. Seiring
berjalannya waktu, aku bekerja sambil mendaftar ke beberapa universitas negeri.
Hasilnya aku diterima di salah satu pilihanku, dan aku menjalani hari-hari
dengan menjadi mahasiswa ‘Kupu-kupu’ (Kuliah Pulang-Kuliah Pulang) karena aku
memiliki kewajiban lain selain kuliah.
Dua tahun sudah aku menjalani kehidupan dengan
sepintar-pintar mungkin membagi waktu antara kuliah dan bekerja. Walaupun aku
tahu waktu yang kupunya untuk bekerja tak banyak, namun aku bersyukur karena
‘Bapak dan Ibu’ tak mempermasalahkan hal itu. Aku juga tahu kinerjaku dalam
bekerja tak semaksimal Teh Lina yang segala bisa, namun aku berusaha semaksimal
mungkin dalam melaksakan itu. Aku bersyukur karena sejauh ini Allah selalu
memberiku jalan untuk menjalani dua sisi kewajiban itu. Ya, Allah selalu
membimbingku dalam setiap langkah yang kuambil, sampai-sampai dengan segala
ketentuan-Nya, aku selalu diberi waktu lebih untuk dapat menjalani kerja
disamping kuliah. Dua tahun. Kurasa itu sudah cukup lama, namun aku tahu itu
tak cukup mudah jika semua itu hanya ada dalam bayangan.
Dua tahun. Waktu yang cukup untuk terus-menerus mengucap
syukur pada-Nya karena masih ada orang-orang yang menyayangiku seperti Bapak
dan Ibu, Cenia, Teh Lina, Mbak, dan lainnya disini. Terima kasih Bapak dan Ibu
karena telah menerimaku, mengerti aku dan memahamiku sejak dua tahun yang lalu.
Terima kasih sahabatku –Cenia-- karena telah membuka jalan untuk rezekiku dan
tetap bersilaturahmi denganmu. Terima kasih Teh Lina, Mbak. Dan tak lupa terima
kasih untukmu Sang Maha Segalanya Yaa Allah, karena tanpaMu, aku tak akan mampu
menjalani hari-hari ini.
Komentar
Posting Komentar