Kecerobohan Penyebab Penyesalan


“Tring.. Tring…” bunyi notifikasi Blackberry Messengerku berbunyi. Ku lihat nama yang terpampang di notifikasi yang selalu bergerak ketika aku belum membacanya. “Tumben bunyi” pikirku. Biasanya malam minggu itu, handphoneku tak pernah berbunyi senyaring malam ini. Walaupun berbunyi, biasanya hanya chat yang menurutku tak penting dari group atau broadcast message yang tak jelas.

Nama Popi Andiani tercetak tebal dalam aplikasi messengerku itu. Isinya sebuah PING!!! Dan ajakan untuk pergi ke Gasibu esok pagi. Kebetulan akupun berniat untuk membeli sepatu dan kerudung ke Gasibu. Ya. Gasibu masih saja ramai seperti minggu-minggu sebelum bulan puasa seperti sekarang. Dan pastinya orang-orang banyak yang pergi kesana dan pasti ada juga banyak orang jahat disana (pencopet).

Paginya, setelah sahur aku sengaja untuk tidak tidur lagi karena sudah janjian dengan Popi untuk ke Gasibu bersama. Seperti biasa, aku telat pergi, belum lagi aku harus menjemput Cenia yang ingin pergi ke Gasibu juga. Setelah siap, akupun langsung memacu Beat merahku ke rumah Cenia dan menunggunya untuk pergi ke Gasibu. Sedangkan Popi? Dia sudah sampai di Gasibu setengah jam yang lalu –maaf ya Popi-.

Sesampainya di samping Telkom Indonesia, aku ngebm Popi dan bertanya dia berada dimana, tak lama handphoneku kembali berbunyi dan ada jawaban dari Popi kalau dia menungguku di tempat jualan kerudung. Akupun mencarinya dan akhirnya menemukannya sedang berdiri disebrang jalan dengan menggunakan kerudung hitam, jaket merah dan tas gendong. Aku lalu memanggilnya dan melambaikan tanganku padanya.

Aku dan Cenia pun menghampirinya, aku tak sempat memperkenalkan keduanya namun kami berjalan beriringan. Aku, Popi dan Cenia berjalan menyusuri penuh sesaknya pinggiran jalan Monumen Perjuangan yang setiap minggunya terdapat beribu-ribu pedagang dan puluhan ribu pengunjung. Bulan Puasa dan suasana puasa tak menjadikan para pengunjung Gasibu menipis, namun sebaliknya. Gasibu semakin penuh sesak. Masih banyak juga penjual macam-macam makanan yang masih saja berjualan di bulan puasa seperti ini.

Setelah berputar-putar di sekitar jalan MonJu, aku melihat retsleting tas popi yang kecil terbuka, aku bertanya “Pop, ini kebuka nih”. Lalu dia menjawab “Iya teh emang kebuka”. Tak lama, kami menghentikan langkah kami disalah satu pedagang sepatu pentople yang bermerk Berlin Itali –aduh bawa-bawa merk- dan kamipun sibuk memilih-milih sepatu, apalagi aku dan Popi. kami sangat sibuk memilih-milih sepatu dan bernegosiasi dengan teteh penjual sepatu.

Setelah kami sudah deal dengan harga sepatu itu, kamipun dengan cepat mencari uang di dalam saku masing-masing. Dan.. “Astagfirullah teteh! Dompet aku ilang” kata Popi sedikit berteriak. Hah? Ilang? Dan dia pun menangis dipelukanku karena kaget dompetnya hilang dan yakin bahwa ada pencopet yang mengambil dompet di dalam tasnya. Tentu saja isi di dalam dompetnya adalah barang-barang berharga sepeti Uang, STNK motor, KTP, SIM, Kartu Pelajar, Resi Pembayaran Kuliah dan masih banyak lagi.

Aku kebingungan saat itu, sampai-sampai aku tak tau harus berbuat apa untuk menenangkan Popi karena Gasibu adalah tempat yang ramai dan sulit untuk menemukan orang yang mengambil dompetnya. Dan salah aku adalah, tidak mengingatkan dia untuk menggendong tasnya ke depan. Astagfirullah! Sebuah kesalahan yang fatal dan yang sangat-sangat ceroboh. Aku tau jika Gasibu itu adalah tempat yang penuh sesak, namun kenapa aku harus lupa untuk hal yang sangat penting seperti itu. Apalagi ini sudah mau menuju lebaran, para pencopet pastinya berkeliaran di tempat-tempat yang ramai seperti Gasibu.

Setelah kejadian itu Popi masih terus menangis dan menyesali kehilangan dompet yang disebabkan oleh kecerobohan kami semua. Akupun mengantarkan Popi ke Parkiran dan menanyakan mau aku antar atau tidak dan dia menegaskan padaku untuk tidak usah mengantarnya. Ketika ku lihat motornya, jarum bensin di motornya hampir menuju ke E dan aku khawatir jika dia kehabisan bensin dan tidak memegang uang sama sekali. Aku juga khawatir, aku takut ada apa-apa dengan dia di jalan. Maka dari itu aku menyuruhnya untuk memegang uangku untuk jaga-jaga. Lalu diapun pulang.

Satu hikmah yang bisa diambil dari kisah ini. Kalau pergi ke tempat ramai, usahakan jangan menyimpan barang-barang berharga di tas, kalaupun mau membawa tas, usahakan tasnya di kedepankan agar tidak terjadi peristiwa seperti yang terjadi pada temanku. Lalu, selalu waspada, hati-hati dan yang paling penting adalah jangan ceroboh, karena kecerobohan adalah penyebab dari sebuah penyesalan. Jadi inget kata Bang Napi, “Kejahatan bukan hanya muncul dari niat sang pelaku, tetapi karena ada kesempatan. Waspadalah! Waspadalah!”. –hehehe-.

Buat Popi, yang sabar ya.. Yang ikhlas, semoga aja Allah ngasih kamu rezeki yang lebih dan semoga aja barang-barang berharga kamu ditemukan oleh orang yang baik dan dikembalikan  ke kamu. Aamiiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Berakhiran "I"

Dzawin SUCI4

MoveOn